Minggu, 12 Juni 2011

Nurani Berkata

“Mana mungkin ku bisa menginjakan kakiku di surga yang suci, yang tak mungkin di injak oleh sesuatu yang haram ...”

“Tapi bukan, bukan itu, surga yang ku tau dan yang ku yakini, surga yang telah ku buat untuk diriku sendiri...”
 
“Tidak! Itu bukanlah surga! Itu adalah neraka yang setiap malam mencengkram hidupku...”

 
"Bodoh! Apakah tak lihat semua yang ku inginkan ada di depan mataku? Semua yang telah ku lakukan untuk kesenangan hidup?"

 
“Yang telah aku lakukan adalah dosa! Dosa! Dosa yang tak kan terampuni...”

 
“Simpan air mata buaya dan bualan itu! Itu semua tak berarti sekarang, karna jalan hidup yang telah ku pilih membuatku tak berdaya menahan semua godaan nikmatnya dunia fana ini...”

 
“Hentikan semuanya ku mohon, aku tidak bisa terus tenggelam dalam kenistaan, aku tidak bisa terus terjerumus dalam kehampaan yang tak ingin ku miliki, yang kuinginkan adalah hidupku yang sebenarnya...”

 
“Jangan belajar berpura-pura menjadi wanita suci di luar sana! Mereka tidak pernah mengerti apa yang aku lakukan..!”

 
“Berhentilah, berhentilah tertawa atas kehinaan ini! Aku tak mau selalu diam dalam kegelapan. Sakit yang menghancurkan aku, benci yang menguasaiku dan rendah harga diriku untuk selalu terjamah oleh tangan-tangan lelaki yang tak punya hati...”

 
“Tidak benar sayang, itu tidak benar, aku merasa sangat bahagia dan menikmati apa yang ku lakukan, aku menyukai pria-pria yang sering kali menjamah tubuhku, aku menyukai pria-pria yang selau mencium bibirku, dan aku sangat menyukai pria-pria yang memberiku banyak harta...”

 
“Tapi aku tidak pernah bangga dengan dosaku, diriku terpuruk dalam sunyi yang seakan-akan ingin membunuhku, Perih yang tertanam membuat luka menyayat di hatiku, sangat menyakitkan! Racun tlah merasuki ruang otakku, tuhan! Ampunilah aku yang slalu mengingatmu tetapi slalu melakukan apa yang kau haramkan...”

 
”Sudahlah, tak usah memohon untuk suatu hal yang tak pasti! Tak ada tuhan yang ku punya, tuhanku adalah uang...”

 
“Pergilah! Aku tidak mau mendengarkan bisikan setan itu! Tak ada yang pernah mengerti betapa hancurnya aku saat ku tertawa dan menelan ludah di balik kekecewaanku terhadap diriku...”

 
“Lemah! Lemah sekali sayang, aku berjuang melawan arus yang membelokkan hatiku untuk kembali pada kesucian, karena hanya disinilah tempatku bersandar, tempatku menepiskan angan-anganku...”

 
“Tapi itu semua tidak benar, harta tidak bisa membeli apa saja yang kuinginkan...”

 
“Apa?! Persetan dengan kata-kata itu, bukti yang telah ku perlihatkan, apa tidak cukup? Aku bisa membeli semua yang ku inginkan, termasuk harga diriku...”

 
“Harga diri? Harga diri apa? Diri yang telah usang, diri yang hina, apakah masih berharga? Berhargakah? Tidak usah membuatku bimbang! Kini yang kurasa hanya panas menggeliat tertahan di rongga dada, yang ku dengar hanya Bergelimang suara kepedihan, nyaris tak terbentuk rasa terbelangka di jiwa ...”

 
“Itu semua tak berarti karna semua tlah terlewati, namun apalah daya takdir t’lah memberi alasan mengapa ku slalu tersiksa walau hidupku terus terasa di permainkan...”


Creator : Dwina Denecke